Kamis, 19 November 2015

Sistem Informasi Psikologi. Tugas 2

1. Pengertian Sistem Informasi Berbasis Komputer
Menurut Wahyono (2004), sistem informasi berbasis komputer adalah sistem pengolah data menjadi sebuah informasi yang berkualitas dan dipergunakan untuk suatu alat bantu pengambilan keputusan.
Menurut Afkary (2014), Computer Based Information System (CBIS) adalah suatu sistem pengolahan data menjadi sebuah informasi yang berkualitas dan dipergunakan untuk suatu alat bantu pengambilan keputusan.
Menurut Siregar (2010), Computer Based Information System (CBIS) adalah sistem pengolah data menjadi sebuah informasi yang berkualitas dan dipergunakan untuk suatu alat bantu pengambilan keputusan.

2. Macam-macam Sistem Informasi Berbasis Komputer
  • Fokus Data (SIA/EDP): sistem ini melaksanakan akuntansi suatu organisasi atau perusahaan dengan aplikasi yang ditandai dengan pengolahan data yang tinggi.
  • Fokus Informasi (SIM): integrasi manusia/mesin guna menyediakan informasi untuk mendukung fungsi operasional manajemen dan pengambilan keputusan pada suatu organisasi.
  • Fokus pada Sistem Pendukung Keputusan (SPK): sistem komputer yang interaktif yang membantu pembuatan keputusan dalam menggunakan dan memanfaatkan data dan model untuk memecahkan masalah yang tidak terstruktur (Suryani, 2010).
  • Fokus pada Komunikasi (Otomatisasi Kantor): semua sistem elektronik formal dan infromal terutama yang berkaitan dengan komunikasi informal ke dan dari orang-orang didalam maupun diluar perusahaan.
  • Fokus pada Konsultan (Sistem Pakar): program komputer yang berfungsi seperti manusia, yaitu memberi konsultasi kepada pemakai mengenai cara pemecahan masalah.
3. Jenis Pemrosesan
  • Pemrosesan Batch: Batch Processing adalah suatu model pengolahan data, dengan menghimpun data terlebih dahulu, kemudian diatur pengelompokkan datanya dalam kelompok-kelompok yang disebut sebegai batch. Setiap batch diberi tanda dengan identitas tertentu, serta informasi mengenai data-data yang terdapat dalam batch tersebut. Setelah data-data tersebut terkumpul dalam jumlah tertentu, data-data tersebut akan langsung diproses. Contoh dari penggunaan batch processing adalah e-mail dan transaksi batch processing.
  • Pemrosesan Online: Pemrosesan online adalah sistem yang menerima langsung input pada area dimana input tersebut direkam dan menghasilkan output yang dapat berupa hasil komputasi pada area dimana mereka dibutuhkan. Area sendiri dapat dipisah-pisah dalam skala, misalnya ratusan kilometer. Biasanya digunakan bagi reservasi angkutan udara, reservasi kereta api, perbankan dll.
  • Sistem Realtime: Sistem real-time adalah mekanisme pengontrolan, perekaman data,pemrosesan yang sangat cepat sehinga output yang dihasilkan dapat diterima dalam waktu yang relatif sama. Perbedaan dengan sistem on-line adalah satu waktu yang digunakan real-time biasanya seperseratus atau seperseribu detik sedangkan on-line masih dalah skala detik atau bahkan kadang beberapa menit. Perbedaan lainnya, on-line biasanya 3 hanya berinteraksi dengan pemakai, sedangkan real-time berinteraksi langsung dengan pemakai dan lingkungan yang dipetakan.
4. Database: Database atau basis data adalah kumpulan data yang disimpan secara sistematis di dalam komputer yang dapat diolah atau dimanipulasi menggunakan perangkat lunak (program aplikasi) untuk menghasilkan informasi. Pendefinisian basis data meliputi spesifikasi berupa tipe data, struktur data dan juga batasan-batasan data yang akan disimpan. Basis data merupakan aspek yang sangat penting dalam sistem informasi dimana basis data merupakan gudang penyimpanan data yang akan diolah lebih lanjut. Basis data menjadi penting karena dapat mengorganisasi data, menghidari duplikasi data, hubungan antar data yang tidak jelas dan juga update yang rumit.

Sumber:
Afkary, A.A. (2014). Makalah sistem informasi berbasis komputer. Medan.

http://adeirmasuryani.wordpress.com/2012/10/12/cbis-computer-based-information-system-dan-evolusinya/.
https://rifkaputrika.wordpress.com/2015/11/18/tugas-2-sistem-informasi-psikologi/
Siregar. (2010). Pengertian sistem informasi. Sumatra Utara: Universitas Sumatra Utara.
Wahyono,T. (2004). http://fe.unpas.ac.id/fe_app/uploaduser/artikel/teguh-cbis01.pdf (diakses pada 17 November 2015, pukul 20:18)

Kamis, 22 Oktober 2015

Sistem Informasi Psikologi

1. Pengertian Sistem Informasi Psikologi: Lebih mudahnya sistem informasi psikologi merupakan sebuah sistem yang digunakan untuk mendapatkan informasi-informasi yang berhubungan dengan psikologis (kerja sama antara bidang komputer dan psikologi yang bermanfaat untuk peningkatan kualitas psikologi). Penggunaan sistem informasi dalam psikologi memungkinkan karena banyak hal dalam dunia psikologi yang masih dapat dikelola oleh komputerisasi. Misalnya penggunaan tes psikologi secara virtual (tes yang diberikan secara komputerisasi), penggunaan eye-tracking, serta teknologi virtual reality yang memungkinkan seseorang untuk mengurangi bahkan menyembuhkan gangguan-gangguan psikologis. Bentuk nyata lainnya adanya e-counseling, yaitu penawaran suatu proses psikoterapis yang menggunakan media komunikasi (internet) untuk proses awal psikoterapi, sebelum dilanjutkan secara face to face.
Menurut Ladjamudin (2005), sistem informasi merupakan suatu sistem yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari komponen-komponen dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan yanitu menyajikan informasi. Psikologi sendiri berbicara tentang manusia. jika digabungkan, sistem informasi psikologi mencangkup : Hardware, Software, People, Procedurs , Data dan manusia. Dimana Hardware dan software sebagai mesin. Sedangkan prosedur dan manusia sebagai pelaku, Dan data berfungsi sebagai jembatan dari keduanya. Sistem informasi bisa dimanfaatkan oleh pelaku psikologi untuk membantu mereka saat penghitungan skor dalam beberapa tes psikologi. Kelebihan dan kekurangan dari sistem informasi psikologi memberikan banyak keuntungan dari segi penghematan waktu, tenaga, dan memudahkan kinerja user (pemakai) dalam mengukur kepribadiannya masing-masingn jika dilihat dari contoh tersebut. Kekurangannya yaitu tidak dapat melihat secara detail hasilnya.
Menurut Chr. Jimmy L. Gaol (2008) sistem informasi psikologi bertujuan mendapatkan pemahaman bagaimana manusia pembuat keputusan merasa dan menggunakan informasi formal. Sistem informasi psikologi adalah sebuah sistem yang digunakan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan psikologi yang dapat bermanfaat bagi penggunanya. Contohnya adalah pengaplikasian SIP dalam kehidupan yaitu penggunaan teknologi dalam pengambilan data tes psikologi, dalam hal ini umumnya komputer (komputerisasi alat tes psikologi).  Seperti tes psikologi yang dulunya diberikan dengan cara manual, sekarang sudah bisa diberikan dengan komputerisasi seperti papikostik, hal ini merupakan suatu kerjasama antara bidang psikologi dengan ilmu komputer yang memberikan manfaat bagi kualitas tes psikologi tersebut
Sedangkan menurut Joss, dkk (2009), sistem informasi adalah suatu sistem yang memiliki tujuan sendiri untuk menghasilkan informasi dengan menggunakan sistem input/process/output.
Jadi dari definisi-defini yang telah dikemukakan oleh beberapa tokoh diatas maka disimpulkan bahwa Sistem Informasi Psikologi adalah kumpulan komponen data yang diolah dan disusun agar dapat memudahkan mempelajari disiplin ilmu psikologi (yang mempelajari perilaku dan berbagai proses mental).
2. Penggunaan Sistem Informasi Psikologi: Penggunaan sistem informasi dalam psikologi dapat digunakan dalam laboratorium atau dalam melakukan tes-tes psikologis seperti tes intelegensi dan tes kepribadian yang di dalamnya tidak terlepas dari peran ilmu komputer.
Aplikasi yang berhubungan dengan penelusuran minat bakat siswa, siswa diminta memilih beberapa pilihan dari beberapa pilihan pekerjaan yang sudah tersedia, mereka memberikan tingkat nomer dari yang disukai maupun tidak disukai. Metode ini merupakan buatan dari Rothwell-Miller, alat testnya adalah Rohtwell-Miller Inventory Blank (RMIB).
Aplikasi lain yang berhubungan dengan psikologi adalah mebuat skoring pada test Papikostik, disini pembrian skor langsung memasukan angka dan grafik atau diagram pun akan otomatis terbuat.
3. Arsitektur Komputer: Pengertian arsitektur komputer adalah dapat dikategorikan sebagai ilmu dan sekaligus sebagai suatu seni mengenai cara interkoneksi antara berbagai komponen perangkat keras atau hardware untuk dapat menciptakan sebuah komputer yang dapat memenuhi kebutuhan fungsional, kinerja, dan juga target biayanya. Dalam bidang teknik komputer, definisi arsitektur komputer adalah suatu konsep perencanaan dan juga struktur pengoperasian dasar dari suatu sistem komputer atau ilmu yang bertujuan untuk perancangan sistem komputer.
Arsitektur von Neumann (atau Mesin Von Neumann) adalah arsitektur yang diciptakan oleh John von Neumann [1903 – 1957]. Arsitektur ini digunakan oleh hampir pada semua komputer pada saat ini. Arsitektur Von Neumann ini menggambarkan komputer dengan 4 (empat) bagian utama, yaitu: Unit Aritmatika & Logis (ALU), unit kontrol, memori, & alat masukan & hasil (secara kolektif dinamakan I/O). Bagian tersebut dihubungkan oleh berkas kawat, “bus”.
3 sub-kategori arsitektur komputer:
Arsitektur komputer ini mengandung 3 (tiga) sub-kategori, diantaranya meliputi: Set intruksi (ISA), Arsitektur mikro dari ISA, dan Sistem desain dari semua atau seluruh komponen dalam perangkat keras (hardware) komputer ini.
Arsitektur Komputer yaitu desain komputer yang meliputi:
  • Set instruksi.
  • Komponen hardware (perangkat keras).
  • Organisasi atau susunan sistemnya.
2 bagian utama arsitektur komputer:
Terdapat 2 (dua) bagian pokok arsitektur komputer:
  • Instructure Set Architecture, adalah spesifikasi yang menentukan bagaimana programmer bahasa mesin berinteraksi dengan komputer.
  • Hardware System Architacture yaitu subsistem hardware (perangkat keras) dasar yaitu CPU, Memori, serta OS.

Cara-cara untuk melakukan perubahan pada arsitektur, yaitu seperti:
  • Membangun array prosesor.
  •  Menerapkan proses pipelining.
  • Membangun komputer multiprosesor.
  • Membangun komputer dengan arsitektur yang lain.
  • Berikut ini mengukur kualitas dari arsitektur komputer

Terdapat beberapa atribut yang dipakai untuk mengukur kualitas komputer, diantaranya :
  • Applicability (Daya Terap).
  • Kemudahan Penggunaan atau pemakaian.
  • Daya Tempa (Maleability).
  •  Dan daya Kembang (Expandibility).

Dan inilah faktor  yang berpengaruh pada keberhasilan Arsitektur Komputer
Terdapat faator-faktor yang dapat berpengaruh pada keberhasilan arsitektur komputer, diantaranya adalah:
Yang pertama manfaat Arsitektural diantaranya yaitu:
  • Kinerja Sistem: Yaitu untuk mengukur kinerja dari sistem, ada serangkaian program yang standard yang dijalankan yang dapat di sebut Benchmark pada komputer yang akan diuji ukuran kinerja CPU:

·         MIPS (Million Instruction PerSecond)
·         MFLOP (Million Floating Point PerSecond)
·         VUP (VAX Unit of Performance)
·         Ukuran Kinerja I/O sistem:
·         Sistem Operasi Bandwith
·         Operasi I/O Perdetik
·         Ukuran Kinerja Memori:
·         Memoy Bandwith.
·         Waktu Akses Memori.
·         Ukuran Memori.
  •     Biaya Sistem, Biaya dapat diukur dalam banyak cara diantaranya, yaitu :

·         Kemudahan Perbaikan.
·         Konsumsi daya.
·         Interface Sistem Software.

Arsitektur komputer merupakan suatu hal yang sangatlah penting karena dapat memberikan berbagai atribut-atribut pada sistem komputer, hal tersebuti tentunya sangat dibutuhkan bagi perancang ataupun user software sistem dalam mengembangkan suatu program.
4. Struktur Kognisi Manusia: Sebelum membahas apa itu struktur kognisi manusia? ada baiknya kalau kita mengartikan kata struktur dan kognisi terlebih dahulu untuk mempermudah kita dalam memahaminya. Menurut Prof. Benny H. Hoed struktur adalah bangun (teoritis) yang terdiri atas unsur-unsur yang berhubungan satu sama lain dalam satu kesatuan, sedangkan kognitif, Menurut Drever (Solihin, 2012) disebutkan bahwa ”kognisi adalah istilah umum yang mencakup segenap model pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penialain, dan penalaran”. Dan Menurut Chaplin (2002) dikatakan bahwa “kognisi adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk mengenal, termasuk di dalamnya mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan, memperkirakan, menduga dan menilai.
5. Keterkaitan Struktur Kognisi Manusia dengan Arsitektur Komputer: Komputer dan kognisi memiliki persamaan dalam hal memproses informasi. Jika dikaitkan dengan arsitektur komputer yang memiliki pengertian sebagai konsep perencanaan dan struktur pengoperasian dasar dari suatu sistem komputer, maka kognisi manusia lah yang turut berperan penting dalam pembuatannya. Manusia lah yang menciptakan komputer dengan sistem yang menyerupai kognisi manusia dengan maksud mempermudah manusia dalam pekerjaannya. Karena manusia memiliki otak yang melakukan proses memperoleh pengetahuan dan memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan, berbahasa yang disebut sebagai kognisi. Arsitektur komputer dibuat untuk memudahkan manusia dalam menggunakan komputer. Hal ini terkait dengan proses koginif manusia dalam mengingat informasi.
6. Kekurangan dan Kelebihan antara Struktur Kognisi dan Arsitektur Komputer: Kelebihan dari struktur kognisi manusia dijalankan oleh sendiri berbeda dengan komputer harus dioperasikan oleh manusia. Kelemahanya jika tidak diasah kognisi manusia sakan berkurang, seperti lupa dalam mengigat. Dalam Solso (2007)  menjelaskan apaun yang dialakukan komputer dengan baik, misalnya  melakukan operasi matematika dan logika dengan cepat) pada umunya tidak mempu dilakukan manusia dengan baik. Sebaliknya, apa yang mampu dilakukan manusia dengan baik, misalnya menyusun, generalisasi, membuat kesimpulan, memahami pola-pola yang kompleks dan memiliki emosi, tidak mampu dilakukan oleh komputer
Kelebihan arsitektur komputer yaitu mempermudah manusia menyelesaikan tugas dan sebagainya. Kekurangannya komputer tidak dapat berjalan tanpa ada bagian – bagian yang penting
Sumber:
Ladjamudin, Bin Al-Bahra. (2005). Analisis dan desain sistem informasi. Graha Ilmu :Yogyakarta
Solso, L. Robert.(2007). Psikologi Kogintif. Jakarta: Erlangga
Gaol, C.J.L (2008). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Grasindo
Joos, I. Dkk. (2009). Belajar Cepat Komputer: Panduan untuk Profesi Kesehatan (ed.3). Jakarta: EGC.
Saputro, Denny. (2010). Sistem informasi pemesanan kamar pada hotel wisnu prambanan yogyakarta. Tugas Akhir. Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer AMIKOM Yogyakarta.
Basuki, A.M. (2008). Psikologi umum. Jakarta: Universitas Gunadarma

Universitas Gunadarma


Kamis, 23 April 2015

Soft Skill Psikoterapi

Artikel 4, 5 dan 6

Artikel 4
Terapi Psikoanalisis Freud


Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia dan metode psikoterapi

Secara historis → aliran pertama dari 3 aliran utama psikologi

Sumbangan utama psikoanalisis :
1. kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan pemahaman terhadap sifat manusia bisa diterapkan pada perbedaan penderitaan manusia
2. tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh faktor tak sadar

3. perkembangan pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yg kuat terhadap kepribadian dimasa dewasa
4. teori psikoanalisis menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk memahami cara-cara yang di gunakan oleh individu dalam mengatasi kecemasan
5. terapi psikoanalisis telah memberikan cara-cara mencari keterangan dari ketidak sadaran melalui analisis atas mimpi-mimpi
 
Konsep-konsep utama terapi psikoanalisis
1.     struktur kepribadian
·        id
·        ego
·        super ego

2.     pandangan tentang sifat manusia
     pandangan freud tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministic, mekanistik dan reduksionistik

3.     kesadaran & ketidaksadaran
konsep ketaksadaran
  • mimpi-mimpi → merupakan representative simbolik dari kebutuhan-kebutuhan, hasrat-hasrat  konflik
  • salah ucap / lupa → thd nama yg dikenal
  • sugesti pascahipnotik
  • bahan-bahan yang berasal dari teknik-teknik asosiasi bebas
  • bahan-bahan yang berasal dari teknik proyektif


4.     Kecemasan
        Adalah suatu keadaan yg memotifasi kita untuk berbuat sesuatu
Fungsi → memperingatkan adanya ancaman bahaya. 3 macam kecemasan
  • Kecemasan realistis
  • Kecemasan neurotic
  • Kecemasan moral
Tujuan terapi Psikoanalisis
       Membentuk kembali struktur karakter individu dg jalan membuat kesadaran yang tak disadari didalam diri klien. Focus pada uapaya mengalami kembali pengalaman masa anak-anak.

Fungsi & peran Terapis
   Terapis / analis membiarkan dirinya anonym serta hny berbagi sedikit perasaan & pengalaman shg klien memproyeksikan dirinya kepada teapis / analis.
Peran terapis:

  • Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hub personal dlm menangani kecemasan secara realistis
  • Membangun hub kerja dengan klien, dengan byk mendengar & menafsirkan
  • Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien
  • Mendengarkan kesenjangan2 & pertentangan-pertentangan pada cerita klien
 Pengalaman klien dalam terapi
·        Bersedia melibatkan diri kedalam proses terapi yg intensif & berjangka panjang
·        Mengembangkan hub dg analis / terapis
·        Mengalami krisis treatment
·        Memperoleh pemahamn atas masa lampau klien yang tak disadari
·        Mengembangkan resistensi2 untuk belajar lebih banyak tentang diri sendiri
·        Mengembangkan suatu hub transferensi yang tersingkap
·        Memperdalam terapi
·        Menangani resistensi-resistensi & masalah yang terungkap
·        Mengakhiri terapi

Hub terapis & klien
    Hub dikonseptualkan dalam proses tranferensi yg menjadi inti Terapi Psikoanalisis. Transferensi mendorong klien untuk mengalamatkan pd terapis “ urusan yg belum selesai” yg terdapat dalam hub klien dimasa lalu dengan orang yang berpengaruh. Sejumlah perasaan klien timbul dari konflik-konflik seperti percaya lawan tak percaya, cinta lawan benci. Transferensi terjadi pada saat klien membangkitkan kembali konflik masa dininya yg menyangkut cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan & dendamnya. Jika analis mengembangkan pandangan yg tidak selaras yg berasal dari konflik2 sendiri, maka akan terjadi kontra transferensi:

  • Bentuk kontratransferensi: perasaan tdk suka / keterikatan & keterlibatan yg berlebihan
  • Kontratransferensi dapat mengganngu kemajuan terapi
Teknik dasar Terapi Psikoanalisis
1.     Asosiasi bebas
→ adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman masa lalu & pelepasan emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik di masa lalu
2.     Penafsiran
→ Adalah suatu prosedur dalam menganalisa asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi dan transferensi bentuk nya = tindakan analis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna-makna3.     Analisis Mimpi
→ Suatu prosedur yang penting untuk menyingkap bahan yang tidak disadari dan memberikan kpd klien atas beberapa area masalah yg tak terselesaikan
4.     Analisis dan Penafsiran Resistensi
→ Ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan yang ada dibalik resistensi shg dia bias menanganinya
5.     Analisis & Penafsiran Transferensi
→ Adalah teknik utama dalam Psikoanalisis krn mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lalu nya dalam terapi



Artikel 5
Humanistic Eksistensial

Definisi dan Sejarah Terapi Humanistik-Eksistensial 

   Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force).
   Meskipun tokoh-tokoh  psikologi humanistik memiliki pandangan yang berbeda-beda, tetapi mereka berpijak pada konsepsi fundamental yang sama mengenai manusia, yang berakar pada salah satu aliran filsafat modern, yaitu eksistensialisme. Eksistensialisme adalah hal yang mengada-dalam dunia (being-in-the-world) dan menyadari penuh akan keberadaannya (Koeswara, 1986 : 113). Eksistensialisme menolak paham yang menempatkan manusia semata-mata sebagai hasil bawaan ataupun lingkungan. Sebaliknya, para filsuf eksistensialis percaya bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya, dalam hal ini “pilihan” menjadi evaluasi tertinggi dari tindakan yang akan diambil oleh seseorang.
    Teori eksistensial-humanistik menekankan renungan filosofi tentang apa artinya menjadi manusia. Banyak para ahli psikologi yang berorientasi eksistensial,mengajukan argumen menentang pembatasan studi tingkah laku pada metode-metode yang digunakan oleh ilmu alam.
Terapi eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa lari dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab berkaitan. Dalam penerapan-penerapan terapeutiknya eksistensial-humanistik memusatkan perhatian pada filosofis yang melandasi terapi. Pendekatan atau teori eksistensial-humanistik menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang berhubungan dengan sesama yang menjadi ciri khas, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui implikasi-implikasi bagi usaha membantu dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut keberadaan manusia.
  Pendekatan eksistensial-humanistik mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, sentral memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi. Ia menunjukkan bahwa manusia selalu ada dalam proses pemenjadian dan bahwa manusia secara sinambung mengaktualkan dan memenuhi potensinya. Pendekatan eksistensial secara tajam berfokus pada fakta-fakta utama keberadaan manusia – kesadaran diri dan kebebasan yang konsisten.
    Pendekatan Eksistensial-humanistik berfokus pada diri manusia. Pendekatan ini mengutamakan suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia. Pendekatan Eksistensial-Humanistik dalam konseling menggunakan sistem tehnik-tehnik yang bertujuan untuk mempengaruhi konseli. Pendekatan terapi eksistensial-humanistik bukan merupakan terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia.

Konsep Utama Terapi Humanistik-Eksistensial

  • Kesadaran Diri

Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri seorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kesadaran untuk memilih alternatif-alternatif yakni memutuskan secara bebas didalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia. Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai tanggung jawab. Para ekstensialis menekan manusia bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya.

  • Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan

Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan ekstensial bisa diakibatkan atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati (nonbeing). Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesasaran tersebut menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi-potensinya. Dosa ekstensial yang juga merupakan bagian kondisi manusia. Adalah akibat dari kegagalan individu untuk benar-benar menjadi sesuatu sesuai dengan kemampuannya.

  • Penciptaan Makna

Manusia itu unik dalam arti bahwa ia berusaha untuk menentukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Menjadi manusia juga berarti menghadapi kesendirian (manusia lahir sendirian dan mati sendirian pula). Walaupun pada hakikatnya sendirian, manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna bisa menimbulkan kondisi-kondisi isolasi dipersonalisasi, alineasi, keterasingan, dan kesepian. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi-potensi manusiawinya. Sampai tarap tertentu, jika tidak mampu mengaktualkan diri, ia bisa menajdi “sakit”.

Tujuan-tujuan Terapeutik:

    Terapi eksistensial bertujuan agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak atas kemampuannya.

Fungsi dan Peran Terapis dalam Terapi Humanistik-Eksistensial:

  Terapis dalam terapi humanistik eksistensial mempunyai tugas utama, yaitu berusaha untuk memahami klien sebagai sesuatu yang ada di dalam dunia ini. Dimana tekhnik yang digunakannya itu selalui mendahului suatu pemahaman yang mendalam terhadap kliennya. Prosedur yang digunakan bisa bervariasi, tidak hanya dari klien yang satu ke klien yang lainnya, tetapi juga dari satu ke lain fase terapi yang dijalani oleh klien yang sama.


Artikel 6
Person Centered Therapy (Rogers)

BIOGRAFI : CARL ROGERS
    Carl Ransom Rogers lahir pada tahun 1902. Dia adalah anak keempat dari enam bersaudara dan dia dibesarkan di sebuah peternakan di Illinois. Orangtuanya adalah penganut Kristen fundamentalis yang taat, yang kemudian Rogers menggambarkannya sebagai orang yang sangat suka mengekang. Ia menceritakan bagaimana orang tuanya mengajarkan agar ia menjaga jarak ketika sedang berinteraksi dengan orang asing
   Dinamika keluarga Rogers nampaknya mendasari perubahan-perubahan sosial dan personalnya. Dalam berbagai hal, sebagai seorang ahli terapi, Rogers dituntut untuk menciptakan lingkungan terapi yang benar-benar ramah, terbuka, dan nyaman. Ia mencoba membantu kliennya merasakan sebuah pengalaman yang merupakan kutub yang berlawanan dengan apa yang dialaminya dengan orang tuanya.
    Walaupun orang tuanya tidak peduli dengan intelektualitas, Roger tetap kuliah, mulanya mengikuti peraturan keluarga dengan mengambil jurusan pertanian. Ia juga tergabung dalam kelompok Asosiasi Pemuda Kristen dan menjadi salah satu dari dua belas mahasiswa yang terpilih untuk menghadiri Konferensi Federasi Mahasiswa Kristen Dunia di Peking, China.
Dalam perjalanan inilah, menurut Bankhart, “Rogers tampak seperti Rogers.” Ia pergi selama enam bulan. Bagaimanapun pengalaman ini membawa perubahan-perubahan pada diri Rogers: Dia menolak ideologi orangtuanya yang konservatif. Dia memutuskan untuk menikahi kekasih masa kecinya. Ia memutuskan untuk meraih gelar masternya di Seminari Teologi Negara Liberal di New York.
  Person-centered therapy dikembangkan oleh Carl Rogers. Ini jenis terapi menyimpang dari pandangan tradisional terapis sebagai ahli dan bergerak bukan ke arah pendekatan non-direktif yang diwujudkan teori aktualisasi kecenderungan. Teori mewujudkan kecenderungan mengatakan manusia memiliki potensi untuk menemukan realisasi kemampuan pribadi mereka sendiri. Landasan ini metode terapi ini berasal dari keyakinan bahwa setiap manusia berusaha untuk menemukan kepuasan mereka sendiri dan pemenuhan potensi sendiri. Carl R. Rogers menyatakan bahwa, “Individu memiliki dalam diri mereka sendiri sumber daya yang luas untuk pemahaman diri dan untuk mengubah diri mereka-konsep, sikap dasar, dan self-directed perilaku, sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan jika iklim didefinisikan sikap psikologis fasilitatif dapat diberikan “(dari Carl R. Rogers. Cara Menjadi Boston: Houghton Mifflin,. 1980, hal.115-117).
   Rogers mengidentifikasi enam faktor utama yang merangsang pertumbuhan dalam individu. Dia menyarankan bahwa ketika kondisi ini terpenuhi, orang akan tertarik ke arah pemenuhan potensi konstruktif. Menurut teori Rogerian, enam faktor yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah:
Terapis-Klien Kontak Psikologis: harus ada hubungan yang berbeda dan dikenali antara terapis dan klien dan harus divalidasi oleh kedua belah pihak.
Klien ketidaksesuaian, atau Kerentanan: klien rentan terhadap ketakutan dan kecemasan yang mencegah mereka meninggalkan hubungan atau situasi dan bahwa ada bukti yang jelas tentang ketidaksesuaian antara apa yang klien menyadari dan pengalaman aktual.
Therapist Kongruensi, atau keaslian: terbukti bahwa terapis diinvestasikan dalam hubungan dengan klien untuk tujuan penyembuhan. Terapis benar-benar tertarik dalam pemulihan mereka dan dapat mengakses pengalaman mereka sendiri sebagai bantuan dalam proses pemulihan.

Terapis Regard Positif Unconditional (UPR): ada unsur yang mengungguli semua orang lain, dan itu adalah unsur penerimaan tanpa syarat. Dengan menyediakan platform keterbukaan dan penerimaan, klien dapat mulai untuk menghilangkan persepsi miring mereka sendiri bahwa mereka dikumpulkan dari orang lain.

Therapist pemahaman empatik: klien merasa empati asli dari terapis berkaitan dengan konstruk internal mereka dan persepsi. Ini perasaan empati membantu memperkuat perasaan cinta tanpa syarat.
Persepsi Klien: persepsi hal positif tanpa syarat dan penerimaan empatik lengkap dan pemahaman yang dirasakan oleh klien, jika bahkan hanya sedikit.

Konsep-konsep dasar Terapi Person-Centered
  • Menekankan pada dorongan dan kemampuan yang terdapat dalam diri individu yang berkembang, untuk hidup sehat dan menyesuaikan diri.
  • Menekankan pada unsur atau aspek emosional dan tidak pada aspek intelektual.
  • Menekankan pada situasi yang langsung dihadapi individu, dan tidak pada masa lampau.
  • Menekankan pada hubungan terapeutik sebagai pengalaman dalam perkembangan individu yang bersangkutan.

Konsep dasar pandangan tentang manusia
   Pandangan person centered tentang sifat manusia konsep tentang kecenderungan-kecenderungan negatif dasar. Rogers menunjukkan kepercayaan yang mendalam pada manusia. Ia memandang manusia sebagai tersosialisasi dan bergerak ke muka, sebagai berjuang untuk berfungsi penuh, serta sebagai bmemiliki kebaikan yang positif pada intinya yang terdalam. Pendek kata, manusia dipercayai dan karena pada dasarnya kooperatif dan konstruktif, tidak perlu diadakan pengendalian. Maka dengan pandangan ini, terapi person-centered berakar pada kesanggupan seseorang (klien) untuk sadar dan membuat putusan-putusan

Tujuan utama pendekatan person-centered therapy adalah untuk menciptakan iklim yang kondusif sebagai usaha untuk membantu konseli menjadi pribadi yang utuh, yaitu pribadi yang mampu memahami kekurangan dan kelebihan dirinya dirinya. Tidak ditetapkan tujuan khusus dalam pemdekatan person-centered, sebab konselor digambarkan memiliki kepercayaan penuh pada konseli untuk menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapainya dari dirinya sendiri.
Secara lebih terperinci, tujuan konseling person-centered adalah :
  • Membantu konseli untuk menyadari kenyataan yang terjadi terhadap dirinya
  • Membantu konseli untuk membuka diri terhadap pengalaman-pengalaman baru
  • Menumbuhkan kepercayaan diri konseli
  • Membantu konseli membuat keputusan sendiri
  • Membantu konseli menyadari bahwa manusia tumbuh dalam suatu proses

Peran Terapist pada proses terapi adalah :
  • Terapis tidak memimpin, mengatur atau menentukan proses perkembangan terapi tetapi itu dilakukan oleh klien sendiri.
  • Terapis merefleksikan perasaan-perasaan klien sedangkan arah pembicaraan ditentukan oleh klien.
  • Terapis menerima individu dengan sepenuhnya dalam keadaan atau kenyataan yang bagaimanapun.
  • Terapis memberi kebebasan kepada klien untuk mengekspresikan perasaan sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya.

Kelebihan Dan Kekurangan Person Centered Therapy:

Kelebihan dari terapi ini klien memiliki pengalaman positif dalam terapi ketika mereka fokus dalam menyelesaiakan masalahnya dan dapat mengekpresikan dirinya secara penuh ketika mereka mendengarkan dan tidak dijustifikasi. 
Kekurangannya: Sulit bagi therapist untuk bersifat netral dalam situasi hubungan interpersonal dan terapi menjadi tidak efektif ketika konselor terlalu non-direktif dan pasif.

Daftar Pustaka:

Feist, Jess  & Gregory J, Fest. (2011). Teori kepribadian, edisi 7 buku 2. Jakarta : Salemba Humanika.

Soft Skill Psikoterapi

Artikel 1, 2 dan 3
Artikel 1
Terapi Psikoanalisis Freud


Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia dan metode psikoterapi

Secara historis → aliran pertama dari 3 aliran utama psikologi

Sumbangan utama psikoanalisis :
1. kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan pemahaman terhadap sifat manusia bisa diterapkan pada perbedaan penderitaan manusia
2. tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh faktor tak sadar

3. perkembangan pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yg kuat terhadap kepribadian dimasa dewasa
4. teori psikoanalisis menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk memahami cara-cara yang di gunakan oleh individu dalam mengatasi kecemasan
5. terapi psikoanalisis telah memberikan cara-cara mencari keterangan dari ketidak sadaran melalui analisis atas mimpi-mimpi
 
Konsep-konsep utama terapi psikoanalisis
1.     struktur kepribadian
·        id
·        ego
·        super ego

2.     pandangan tentang sifat manusia
     pandangan freud tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministic, mekanistik dan reduksionistik

3.     kesadaran & ketidaksadaran
konsep ketaksadaran
  • mimpi-mimpi → merupakan representative simbolik dari kebutuhan-kebutuhan, hasrat-hasrat  konflik
  • salah ucap / lupa → thd nama yg dikenal
  • sugesti pascahipnotik
  • bahan-bahan yang berasal dari teknik-teknik asosiasi bebas
  • bahan-bahan yang berasal dari teknik proyektif


4.     Kecemasan
        Adalah suatu keadaan yg memotifasi kita untuk berbuat sesuatu
Fungsi → memperingatkan adanya ancaman bahaya. 3 macam kecemasan
  • Kecemasan realistis
  • Kecemasan neurotic
  • Kecemasan moral
Tujuan terapi Psikoanalisis
       Membentuk kembali struktur karakter individu dg jalan membuat kesadaran yang tak disadari didalam diri klien. Focus pada uapaya mengalami kembali pengalaman masa anak-anak.

Fungsi & peran Terapis
   Terapis / analis membiarkan dirinya anonym serta hny berbagi sedikit perasaan & pengalaman shg klien memproyeksikan dirinya kepada teapis / analis.
Peran terapis:

  • Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hub personal dlm menangani kecemasan secara realistis
  • Membangun hub kerja dengan klien, dengan byk mendengar & menafsirkan
  • Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien
  • Mendengarkan kesenjangan2 & pertentangan-pertentangan pada cerita klien
 Pengalaman klien dalam terapi
·        Bersedia melibatkan diri kedalam proses terapi yg intensif & berjangka panjang
·        Mengembangkan hub dg analis / terapis
·        Mengalami krisis treatment
·        Memperoleh pemahamn atas masa lampau klien yang tak disadari
·        Mengembangkan resistensi2 untuk belajar lebih banyak tentang diri sendiri
·        Mengembangkan suatu hub transferensi yang tersingkap
·        Memperdalam terapi
·        Menangani resistensi-resistensi & masalah yang terungkap
·        Mengakhiri terapi

Hub terapis & klien
    Hub dikonseptualkan dalam proses tranferensi yg menjadi inti Terapi Psikoanalisis. Transferensi mendorong klien untuk mengalamatkan pd terapis “ urusan yg belum selesai” yg terdapat dalam hub klien dimasa lalu dengan orang yang berpengaruh. Sejumlah perasaan klien timbul dari konflik-konflik seperti percaya lawan tak percaya, cinta lawan benci. Transferensi terjadi pada saat klien membangkitkan kembali konflik masa dininya yg menyangkut cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan & dendamnya. Jika analis mengembangkan pandangan yg tidak selaras yg berasal dari konflik2 sendiri, maka akan terjadi kontra transferensi:

  • Bentuk kontratransferensi: perasaan tdk suka / keterikatan & keterlibatan yg berlebihan
  • Kontratransferensi dapat mengganngu kemajuan terapi
Teknik dasar Terapi Psikoanalisis
1.     Asosiasi bebas
→ adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman masa lalu & pelepasan emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik di masa lalu
2.     Penafsiran
→ Adalah suatu prosedur dalam menganalisa asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi dan transferensi bentuk nya = tindakan analis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna-makna3.     Analisis Mimpi
→ Suatu prosedur yang penting untuk menyingkap bahan yang tidak disadari dan memberikan kpd klien atas beberapa area masalah yg tak terselesaikan
4.     Analisis dan Penafsiran Resistensi
→ Ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan yang ada dibalik resistensi shg dia bias menanganinya
5.     Analisis & Penafsiran Transferensi
→ Adalah teknik utama dalam Psikoanalisis krn mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lalu nya dalam terapi



Artikel 2
Humanistic Eksistensial

Definisi dan Sejarah Terapi Humanistik-Eksistensial 

   Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force).
   Meskipun tokoh-tokoh  psikologi humanistik memiliki pandangan yang berbeda-beda, tetapi mereka berpijak pada konsepsi fundamental yang sama mengenai manusia, yang berakar pada salah satu aliran filsafat modern, yaitu eksistensialisme. Eksistensialisme adalah hal yang mengada-dalam dunia (being-in-the-world) dan menyadari penuh akan keberadaannya (Koeswara, 1986 : 113). Eksistensialisme menolak paham yang menempatkan manusia semata-mata sebagai hasil bawaan ataupun lingkungan. Sebaliknya, para filsuf eksistensialis percaya bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya, dalam hal ini “pilihan” menjadi evaluasi tertinggi dari tindakan yang akan diambil oleh seseorang.
    Teori eksistensial-humanistik menekankan renungan filosofi tentang apa artinya menjadi manusia. Banyak para ahli psikologi yang berorientasi eksistensial,mengajukan argumen menentang pembatasan studi tingkah laku pada metode-metode yang digunakan oleh ilmu alam.
Terapi eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa lari dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab berkaitan. Dalam penerapan-penerapan terapeutiknya eksistensial-humanistik memusatkan perhatian pada filosofis yang melandasi terapi. Pendekatan atau teori eksistensial-humanistik menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang berhubungan dengan sesama yang menjadi ciri khas, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui implikasi-implikasi bagi usaha membantu dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut keberadaan manusia.
  Pendekatan eksistensial-humanistik mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, sentral memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi. Ia menunjukkan bahwa manusia selalu ada dalam proses pemenjadian dan bahwa manusia secara sinambung mengaktualkan dan memenuhi potensinya. Pendekatan eksistensial secara tajam berfokus pada fakta-fakta utama keberadaan manusia – kesadaran diri dan kebebasan yang konsisten.
    Pendekatan Eksistensial-humanistik berfokus pada diri manusia. Pendekatan ini mengutamakan suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia. Pendekatan Eksistensial-Humanistik dalam konseling menggunakan sistem tehnik-tehnik yang bertujuan untuk mempengaruhi konseli. Pendekatan terapi eksistensial-humanistik bukan merupakan terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia.

Konsep Utama Terapi Humanistik-Eksistensial

  • Kesadaran Diri

Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri seorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kesadaran untuk memilih alternatif-alternatif yakni memutuskan secara bebas didalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia. Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai tanggung jawab. Para ekstensialis menekan manusia bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya.

  • Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan

Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan ekstensial bisa diakibatkan atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati (nonbeing). Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesasaran tersebut menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi-potensinya. Dosa ekstensial yang juga merupakan bagian kondisi manusia. Adalah akibat dari kegagalan individu untuk benar-benar menjadi sesuatu sesuai dengan kemampuannya.

  • Penciptaan Makna

Manusia itu unik dalam arti bahwa ia berusaha untuk menentukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Menjadi manusia juga berarti menghadapi kesendirian (manusia lahir sendirian dan mati sendirian pula). Walaupun pada hakikatnya sendirian, manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna bisa menimbulkan kondisi-kondisi isolasi dipersonalisasi, alineasi, keterasingan, dan kesepian. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi-potensi manusiawinya. Sampai tarap tertentu, jika tidak mampu mengaktualkan diri, ia bisa menajdi “sakit”.

Tujuan-tujuan Terapeutik:

    Terapi eksistensial bertujuan agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak atas kemampuannya.

Fungsi dan Peran Terapis dalam Terapi Humanistik-Eksistensial:

  Terapis dalam terapi humanistik eksistensial mempunyai tugas utama, yaitu berusaha untuk memahami klien sebagai sesuatu yang ada di dalam dunia ini. Dimana tekhnik yang digunakannya itu selalui mendahului suatu pemahaman yang mendalam terhadap kliennya. Prosedur yang digunakan bisa bervariasi, tidak hanya dari klien yang satu ke klien yang lainnya, tetapi juga dari satu ke lain fase terapi yang dijalani oleh klien yang sama.


Artikel 3
Person Centered Therapy (Rogers)

BIOGRAFI : CARL ROGERS
    Carl Ransom Rogers lahir pada tahun 1902. Dia adalah anak keempat dari enam bersaudara dan dia dibesarkan di sebuah peternakan di Illinois. Orangtuanya adalah penganut Kristen fundamentalis yang taat, yang kemudian Rogers menggambarkannya sebagai orang yang sangat suka mengekang. Ia menceritakan bagaimana orang tuanya mengajarkan agar ia menjaga jarak ketika sedang berinteraksi dengan orang asing
   Dinamika keluarga Rogers nampaknya mendasari perubahan-perubahan sosial dan personalnya. Dalam berbagai hal, sebagai seorang ahli terapi, Rogers dituntut untuk menciptakan lingkungan terapi yang benar-benar ramah, terbuka, dan nyaman. Ia mencoba membantu kliennya merasakan sebuah pengalaman yang merupakan kutub yang berlawanan dengan apa yang dialaminya dengan orang tuanya.
    Walaupun orang tuanya tidak peduli dengan intelektualitas, Roger tetap kuliah, mulanya mengikuti peraturan keluarga dengan mengambil jurusan pertanian. Ia juga tergabung dalam kelompok Asosiasi Pemuda Kristen dan menjadi salah satu dari dua belas mahasiswa yang terpilih untuk menghadiri Konferensi Federasi Mahasiswa Kristen Dunia di Peking, China.
Dalam perjalanan inilah, menurut Bankhart, “Rogers tampak seperti Rogers.” Ia pergi selama enam bulan. Bagaimanapun pengalaman ini membawa perubahan-perubahan pada diri Rogers: Dia menolak ideologi orangtuanya yang konservatif. Dia memutuskan untuk menikahi kekasih masa kecinya. Ia memutuskan untuk meraih gelar masternya di Seminari Teologi Negara Liberal di New York.
  Person-centered therapy dikembangkan oleh Carl Rogers. Ini jenis terapi menyimpang dari pandangan tradisional terapis sebagai ahli dan bergerak bukan ke arah pendekatan non-direktif yang diwujudkan teori aktualisasi kecenderungan. Teori mewujudkan kecenderungan mengatakan manusia memiliki potensi untuk menemukan realisasi kemampuan pribadi mereka sendiri. Landasan ini metode terapi ini berasal dari keyakinan bahwa setiap manusia berusaha untuk menemukan kepuasan mereka sendiri dan pemenuhan potensi sendiri. Carl R. Rogers menyatakan bahwa, “Individu memiliki dalam diri mereka sendiri sumber daya yang luas untuk pemahaman diri dan untuk mengubah diri mereka-konsep, sikap dasar, dan self-directed perilaku, sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan jika iklim didefinisikan sikap psikologis fasilitatif dapat diberikan “(dari Carl R. Rogers. Cara Menjadi Boston: Houghton Mifflin,. 1980, hal.115-117).
   Rogers mengidentifikasi enam faktor utama yang merangsang pertumbuhan dalam individu. Dia menyarankan bahwa ketika kondisi ini terpenuhi, orang akan tertarik ke arah pemenuhan potensi konstruktif. Menurut teori Rogerian, enam faktor yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah:
Terapis-Klien Kontak Psikologis: harus ada hubungan yang berbeda dan dikenali antara terapis dan klien dan harus divalidasi oleh kedua belah pihak.
Klien ketidaksesuaian, atau Kerentanan: klien rentan terhadap ketakutan dan kecemasan yang mencegah mereka meninggalkan hubungan atau situasi dan bahwa ada bukti yang jelas tentang ketidaksesuaian antara apa yang klien menyadari dan pengalaman aktual.
Therapist Kongruensi, atau keaslian: terbukti bahwa terapis diinvestasikan dalam hubungan dengan klien untuk tujuan penyembuhan. Terapis benar-benar tertarik dalam pemulihan mereka dan dapat mengakses pengalaman mereka sendiri sebagai bantuan dalam proses pemulihan.

Terapis Regard Positif Unconditional (UPR): ada unsur yang mengungguli semua orang lain, dan itu adalah unsur penerimaan tanpa syarat. Dengan menyediakan platform keterbukaan dan penerimaan, klien dapat mulai untuk menghilangkan persepsi miring mereka sendiri bahwa mereka dikumpulkan dari orang lain.

Therapist pemahaman empatik: klien merasa empati asli dari terapis berkaitan dengan konstruk internal mereka dan persepsi. Ini perasaan empati membantu memperkuat perasaan cinta tanpa syarat.
Persepsi Klien: persepsi hal positif tanpa syarat dan penerimaan empatik lengkap dan pemahaman yang dirasakan oleh klien, jika bahkan hanya sedikit.

Konsep-konsep dasar Terapi Person-Centered
  • Menekankan pada dorongan dan kemampuan yang terdapat dalam diri individu yang berkembang, untuk hidup sehat dan menyesuaikan diri.
  • Menekankan pada unsur atau aspek emosional dan tidak pada aspek intelektual.
  • Menekankan pada situasi yang langsung dihadapi individu, dan tidak pada masa lampau.
  • Menekankan pada hubungan terapeutik sebagai pengalaman dalam perkembangan individu yang bersangkutan.

Konsep dasar pandangan tentang manusia
   Pandangan person centered tentang sifat manusia konsep tentang kecenderungan-kecenderungan negatif dasar. Rogers menunjukkan kepercayaan yang mendalam pada manusia. Ia memandang manusia sebagai tersosialisasi dan bergerak ke muka, sebagai berjuang untuk berfungsi penuh, serta sebagai bmemiliki kebaikan yang positif pada intinya yang terdalam. Pendek kata, manusia dipercayai dan karena pada dasarnya kooperatif dan konstruktif, tidak perlu diadakan pengendalian. Maka dengan pandangan ini, terapi person-centered berakar pada kesanggupan seseorang (klien) untuk sadar dan membuat putusan-putusan

Tujuan utama pendekatan person-centered therapy adalah untuk menciptakan iklim yang kondusif sebagai usaha untuk membantu konseli menjadi pribadi yang utuh, yaitu pribadi yang mampu memahami kekurangan dan kelebihan dirinya dirinya. Tidak ditetapkan tujuan khusus dalam pemdekatan person-centered, sebab konselor digambarkan memiliki kepercayaan penuh pada konseli untuk menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapainya dari dirinya sendiri.
Secara lebih terperinci, tujuan konseling person-centered adalah :
  • Membantu konseli untuk menyadari kenyataan yang terjadi terhadap dirinya
  • Membantu konseli untuk membuka diri terhadap pengalaman-pengalaman baru
  • Menumbuhkan kepercayaan diri konseli
  • Membantu konseli membuat keputusan sendiri
  • Membantu konseli menyadari bahwa manusia tumbuh dalam suatu proses

Peran Terapist pada proses terapi adalah :
  • Terapis tidak memimpin, mengatur atau menentukan proses perkembangan terapi tetapi itu dilakukan oleh klien sendiri.
  • Terapis merefleksikan perasaan-perasaan klien sedangkan arah pembicaraan ditentukan oleh klien.
  • Terapis menerima individu dengan sepenuhnya dalam keadaan atau kenyataan yang bagaimanapun.
  • Terapis memberi kebebasan kepada klien untuk mengekspresikan perasaan sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya.

Kelebihan Dan Kekurangan Person Centered Therapy:

Kelebihan dari terapi ini klien memiliki pengalaman positif dalam terapi ketika mereka fokus dalam menyelesaiakan masalahnya dan dapat mengekpresikan dirinya secara penuh ketika mereka mendengarkan dan tidak dijustifikasi. 
Kekurangannya: Sulit bagi therapist untuk bersifat netral dalam situasi hubungan interpersonal dan terapi menjadi tidak efektif ketika konselor terlalu non-direktif dan pasif.

Daftar Pustaka:

Feist, Jess  & Gregory J, Fest. (2011). Teori kepribadian, edisi 7 buku 2. Jakarta : Salemba Humanika.